Monday 21 January 2013

SEJARAH KERAJAAN MAJAPAHIT

Sesudah Singhasari
mengusir Sriwijaya dari Jawa
secara keseluruhan pada
tahun 1290 , Singhasari
menjadi kerajaan paling kuat
di wilayah tersebut. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai
Khan , penguasa Dinasti 
Yuan di Tiongkok . Ia 
mengirim utusan yang 
bernama Meng Chi [9] ke 
Singhasari yang menuntut
upeti . Kertanagara , 
penguasa kerajaan Singhasari
yang terakhir menolak 
untuk membayar upeti dan
mempermalukan utusan
tersebut dengan merusak
wajahnya dan memotong
telinganya. [9] [10] Kublai
Khan marah dan lalu
memberangkatkan ekspedisi
besar ke Jawa tahun 1293. 
Ketika itu,Jayakatwang,adipati Kediri , sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja , Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya , menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik . Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit , yang namanya diambil dari buah maja , dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing. [11] [12] Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing. Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana . Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe , Sora , dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir ( Kuti ), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. [12] Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309. Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara , adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet , yang berarti "penjahat lemah". Pada tahun 1328 , Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk . Kejayaan Majapahit Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389 .
Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada . Di bawah perintah Gajah Mada ( 1313-1364) , Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377 , beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang , [2] menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya . Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII- XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra , semenanjung Malaya , Borneo , Sulawesi , kepulauan Nusa Tenggara , Maluku , Papua , dan sebagian kepulauan Filipina [13] . Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah- daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja [14] . Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa , Kamboja , Siam , Birma bagian selatan, dan Vietnam , dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok . [14] [2] Jatuhnya Majapahit Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14 , kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampaknya terjadi perang saudara ( Perang Paregreg ) pada tahun 1405-1406 , antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yang dipertengkarkan pada tahun 1450- an, dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468 [ 7] . Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi . Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041 , yaitu tahun 1400 Saka , atau 1478 Masehi . Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi , raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana [15] . Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara . Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15 , pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam , yaitu Kesultanan Malaka , mulai muncul di bagian barat Nusantara [16] . Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis ( Tome Pires ), dan Italia ( Pigafetta ) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus , penguasa dari Kesultanan Demak , antara tahun 1518 dan 1521 M [15] .

PESAWAT SEDERHANA


Pesawat Sederhana Bidang miring ini merupakan suatu jenis pesawat sederhana yang berguna untuk memindahkan suatu benda dengan lintasan miring. Dengan menggunakan metoda pesawat sederhana bidang miring, Beban berat dapat di pindahkan ketempat yang lebih tinggi dengan mudah, artinya gaya yang kita akan keluarkan akan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan tidak menggunakan prinsip pesawat sederhana bidang miring ini. Semakin landai atau rendah bidang miringnya, Semakin ringan gaya yang harus dikeluarkan untuk mengangkat/memindahkan benda tersebut ke tempat yang lebih tinggi.
Pesawat Sederhana Bidang Miring
Contoh Pesawat Sederhana Bidang miring
Prinsip Kerja Pesawat Sederhana Bidang Miring

Untuk mengangkat beban yang beratnya B ke tempat yang lebih tinggi h diperlukan kerja sebesar :
W = B . h, apabila usaha sebesar W melalui bidang yang miring dan panjangnya s akan diperlukan kerja sebesar W = F . s. Karena kerja yang dilakukan sama besarnya,
Keterangan : B = berat beban ( satuannya Newton )
h=tinggi (satuannya dalam M) 
s=panjang lintasan miring (satuannya dalam M)
F=gaya kuasa untuk mengangkat beban (satuannya dalam Newton)
 B . h = F . sF = B . h/s
Contoh cara menghitung besar gaya kuasa untuk mendorong benda melalui bidang miring Perhatikan gambar
Pesawat Sederhana Bidang Miring
Contoh Pesawat sederhana pada bidang miring
Bagian bagain peawat sederhan bidang miring atau penjelasanya
Keterangan :
B: Gaya berat beban ( Benda yang akan dipindahkan)
F: Gaya (Gaya yang diperlukan untuk memindahkan beban) gaya berat beban
S: panjang lintasan miring ( Jarak antara ujung-ujung lintasan miring)
h: ketinggian t


Contoh soal dan pembahasaan Pesawat Sederhana Bidang miring
Sebuah peti yang beratnya 2000 N, Yang akan dipindahkan pada ketinggian 1,5 m melalui bidang miring yang panjangnya 3m. Berapa gaya yang diperlukan untuk memindahkan bidang miring tersebut?
Jawaban :
               Diketahui :
               B = 2000 N
               h= 1,5 m
               s = 3 m
               Ditanya :
               F = ..... ?
Jawab :Pesawat Sederhana Bidang Miring 
 

Kesimpulan :
Jadi untuk mengangkat beban 2000N diperlukan gaya sebesar 1000 N
Dalam kehidupan sehari-hari prinsip bidang miring digunakan untuk alat bantu kerja misalnya baji dan sekrup 

Keuntungan Mekanik Bidang Miring
Keuntungan Mekanik Bidang miring Dengan menggunakan bidang miring beban kerja terasa lebih ringan, berarti kita memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh jika menggunakan bidang miring disebut keuntungan mekanik bidang miring. Besarnya keuntungan mekanik dinyatakan sebagai perbandingan antara berat beban yang akan diangkat dengan besar gaya kuasa yang diperlukan. dan gaya gesek
Keuntungan mekanik = beban/kuasa atau disingkat KM = B/F = s/h

SEJARAH KERAJAAN PAJAJARAN

Berdirinya Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran adalah sebuah kerajaan yang berada di wilayah Pasundan, kerajaan Sunda ini beribukotanya di Pakuan, (sekarang Bogor) Jawa Barat. Dalam naskah-naskah kuno nusantara, kerajaan ini sering pula disebut dengan nama Negeri Sunda, Pasundan, atau berdasarkan nama ibukotanya yaitu Pakuan Pajajaran. 
Berdasarkan alur Sejarah Galuh, Kerajaan Pajajaran berdiri setelah Wastu Kancana wafat tahun 1475. Kenapa demikian? Karena sepeninggal Rahyang Wastu Kencana kerajaan Galuh dipecah dua diantara Susuktunggal dan Dewa Niskala dalam kedudukan sederajat. Pajajaran atau Pakuan Pajajaran beribukota di Pakuan (Bogor) di bawah kekuasan Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) dan Kerajaan Galuh yang meliputi Parahyangan tetap berpusat di Kawali di bawah kekuasaan Dewa Niskala (Ningrat Kancana). Oleh sebab itu pula Prabu Susuk Tunggal dan Dewa Niskala tidak mendapat gelar “Prabu Siliwangi”, karena kekuasan keduanya tidak meliputi seluruh tanah Pasundan sebagaimana kekuasan Prabu Wangi dan Rahyang Wastu Kancana (Prabu Siliwangi I).
Cikal Bakal Kerajaan Pajajaran
Sejarah kerajaan ini tidak dapat terlepas dari kerajaan-kerajaan pendahulunya di daerah Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dan Kawali. Hal ini karena pemerintahan Kerajaan Pajajaran merupakan kelanjutan dari kerajaan-kerajaan tersebut. Dari catatan-catatan sejarah yang ada, dapatlah ditelusuri jejak kerajaan ini; antara lain mengenai ibukota Pajajaran yaitu Pakuan. Mengenai raja-raja Kerajaan Pajajaran, terdapat perbedaan urutan antara naskah-naskah Babad Pajajaran, Carita Parahiangan, dan Carita Waruga Guru.
Selain naskah-naskah babad, Kerajaan Pajajaran juga meninggalkan sejumlah jejak peninggalan dari masa lalu, seperti:
Prasasti Batu Tulis, Bogor
Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi
Prasasti Kawali, Ciamis
Tugu Perjanjian Portugis (padraõ), Kampung Tugu, Jakarta
Taman perburuan, yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor.

Daftar raja Pajajaran
Prabu Susuktunggal (1475-1482)
Jaya Dewata / Prabu Siliwangi II (1482 – 1521)
Surawisesa (1521 – 1535)
Ratu Dewata (1535 – 1543)
Ratu Sakti (1543 – 1551)
Raga Mulya (1567 – 1579)


Keruntuhan
Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 akibat serangan kerajaan Sunda lainnya, yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya jaman Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (singgahsana raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Batu berukuran 200x160x20 cm itu diboyong ke Banten karena tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan raja baru, dan menandakan Maulana Yusuf adalah penerus kekuasaan Pajajaran yang sah karena buyut perempuannya adalah puteri Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi II). Palangka Sriman Sriwacana tersebut saat ini bisa ditemukan di depan bekas Keraton Surasowan di Banten. Orang Banten menyebutnya Watu Gigilang, berarti mengkilap atau berseri, sama artinya dengan kata Sriman.
Saat itu diperkirakan terdapat sejumlah punggawa istana yang meninggalkan kraton lalu menetap di wilayah yang mereka namakan Cibeo Lebak Banten. Mereka menerapkan tata cara kehidupan lama yang ketat, dan sekarang mereka dikenal sebagai orang Baduy.
Raja-raja Sunda-Galuh-Pajajaran setelah Sri Jayabupati
Di bawah ini adalah urutan raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati, yang berjumlah 14 orang :
Raja-raja Sunda-Galuh setelah Sri Jayabupati
No Raja Masa pemerintahan Keterangan
1 Darmaraja 1042-1065

2 Langlangbumi 1065-1155

3 Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur 1155-1157

4 Darmakusuma 1157-1175

5 Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu 1175-1297

6 Ragasuci 1297-1303

7 Citraganda 1303-1311

8 Prabu Linggadéwata 1311-1333

9 Prabu Ajiguna Linggawisésa 1333-1340
menantu no. 8
10 Prabu Ragamulya Luhurprabawa 1340-1350

11 Prabu Maharaja Linggabuanawisésa 1350-1357
tewas dalam Perang Bubat
12 Prabu Bunisora 1357-1371
paman no. 13
13 Prabu Niskala Wastu Kancana 1371-1475
anak no. 11
14 Prabu Susuktunggal 1475-1482

Penyatuan kembali Sunda-Galuh
Saat Wastu Kancana wafat, kerajaan sempat kembali terpecah dua dalam pemerintahan anak-anaknya, yaitu Susuktunggal yang berkuasa di Pakuan (Sunda) dan Dewa Niskala yang berkuasa di Kawali (Galuh).
Sri Baduga Maharaja (1482-1521) yang merupakan anak Dewa Niskala sekaligus menantu Susuktunggal menyatukan kembali Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.
Setelah runtuhnya Sunda Galuh oleh Kesultanan Banten, bekas kerajaan ini banyak disebut sebagai Kerajaan Pajajaran.